Senin, 15 November 2010

Afasia Perkembangan

Afasia Perkembangan

A. Teori

1. Afasia is a loss or impairment of language due to some type of brain injury. The injury may be incurred by a direct blow such as a war wound, an industrial accident or traffic accident, or by a stroke, tumor or disease.

(Sumber : Aleen Agranowitz, A. B., Afasia Handbook for adults and children, Springfield – Illinois - USA : Publisher - Charles C Thomas, 1975, p. 7)

Yang dapat diartikan sebagai berikut :

Afasia adalah kehilangan atau penurunan nilai bahasa karena beberapa jenis cedera otak. Cedera mungkin ditimbulkan oleh pukulan langsung seperti luka perang, kecelakaan industri atau kecelakaan lalu lintas, atau oleh tumor, stroke atau penyakit.

2. The aphasic child is one who fails to develop adequate language or one who has sustained a loss of acquired language due to brain injury. In contrast to his non - verbal intelligence, his language development is usually markedly retarded.

(Sumber : Aleen Agranowitz, A. B., Afasia Handbook for adults and children, Springfield – Illinois - USA : Publisher - Charles C Thomas, 1975, p. 179)

Yang dapat diartikan sebagai berikut :

Afasia adalah orang yang gagal untuk mengembangkan bahasa yang memadai atau orang yang telah menderita kerugian dari bahasa diperoleh karena cedera otak. Berbeda dengan nya non - kecerdasan verbal, pengembangan bahasanya biasanya mencolok terbelakang.

3. We shall be using the term developmental aphasia (congenital aphasia, dyslogia) to refer to the impairment for a child to acquire symbols for a language system. The impairment must be of sufficient degree to interfere with the child’s ability to communicate. The use of term developmental aphasia, or one of its synonyms, implies that the child’s perceptual abilities for auditory (speech) events underlies his impairment for the acquisition of auditory symbols.

(Sumber : Jon Eisenson, PH.D, Aphasia In Children, New York : Harper & Row – Publishers, 1972, p. 68 – 69).

Yang dapat diartikan sebagai berikut :

Kita akan menggunakan istilah afasia perkembangan (aphasia bawaan, dyslogia) untuk merujuk pada kerusakan tersebut bagi seorang anak untuk mendapatkan simbol untuk sistem bahasa. Kerusakan harus sesuai dengan tingkat gangguan yang cukup untuk kemampuan anak berkomunikasi. Penggunaan istilah aphasia perkembangan, atau salah satu sinonimnya, menunjukkan bahwa kemampuan perseptual anak untuk auditori (speech) peristiwa yang mendasari kerusakannya untuk akuisisi simbol pendengaran.

B. Penyebab

Prenatal :

1. Kelainan Pada Ibu

Bayi mendapat darah dari pembuluh darah ibunya, sehingga kelainan yang diderita ibunya akan diteruskan ke janin yang dikandungnya, antara lain :

a. Ibunya yang menderita anemia.

b. Ibunya yang menderita sakit berat.

c. Ketidaksamaan resus antara ibu dan janin.

d. Ada infeksi

e. Lues / syphilis.

f. Maternal rubella.

g. Keracunan.

h. Ibu menderita sakit berat.

i. Ibu yang asma.

j. Ibu yang diabetes.

2. Kelainan Dalam Kandungan

a. Gangguan pada Ari – ari / Salutio Placenta.

b. Perdarahan pada waktu ibu hamil.

c. Misalnya ibu jatuh.

d. Radiasi.

e. Abortus Provokatus.

Natal :

Ketidaknormalan pada saat janin dilahirkan dapat menyebabkan kelainan pada susunan syaraf pusat si bayi, antara lain :

a. Anoxia / hypoxia (partus yang lama; panggul ibu sempit; bayi dengan letak abnormal; partus dengan bantuan alat; operasi caesar; infeksi dari plasenta / ketuban pecah dini.

b. Pendarahan intracranial dari bayi.

c. Prematuritas.

d. Icterus / Joundice neonatum.

e. Infeksi pada bayi, misalnya : meningitis purulenta.

Postnatal :

Semua kelainan yang terjadi sesudah lahir ini sangat banyak penyebabnya , bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, antara lain :

a. Encephalomalacia.

b. Craniostenoses / sutura menutup dini.

c. Microcephali.

d. C. V. D. (Cerebro Vascular Disease)

e. Infeksi cerebri.

f. Tumor intracranial.

g. Cidera otak / brain injury.

(Sumber : Karsinah Soedjadi, A. Md TW., S. Pd, Afasia Perkembangan Jilid 1, Jakarta : Akademi Terapi Wicara, 2008, hal. 6 – 7.)

C. Karaktristik

1. Afasia Reseptive

General development : normal milestone a part from Speech Behavior: may be friendly and co-operative but with some shyness and feelings of inadequacy. Response of sound : may be earatiche and suggestive of hearing loss. Response of speech : failure to understand speech and little interest in speech as or means of communication. Lip reading : no lip reading. Response to radio or stories : may be normal for music. Little if any interest in stories of any kind. Gesture : may or may not be used. Onset of speech : severe delay language : slow progress. Faulty use of words and sentences, often irrelevant, perseveration, articulation : normal unless there is associated articulatory defect.

(Sumber : Muriel E. Morley, The Development and Disorder Of Speech in Childhood, Baltimore USA B: Williams and W., 1972 : 201)

Yang dapat diartikan sebagai berikut :

Afasia Reseptif : Perkembangan secara umum: Normal. Perilaku : bersahabat dan kooperatif. Respon terhadap bunyi : mungkin tidak menentu, terkesan seperti hilang pendengaran. Respon terhadap bicara : gagal dalam memahami bicara didalam berkomunikasi. Membaca ujaran : tidak menggunakan. Respon terhadap radio atau cerita : mempunyai minat yang normal. Gestur : mungkin menggunakan mungkin juga tidak. Permulaan / perkembangan bahasa bicara : terlambat menggunakan bahasa; kemajuannya lambat, salah menggunakan kata-kata / kalimat dan sering kali menyimpang (tidak berhubungan). Artikulasi : normal, kecuali diasosiasikan ada kesalahan artikulasi.

2. Afasia ekspresif

General development : normal milestone apart from speech. Behaviour : normal social interest and play stayness and with drawal when aware of disability and frustration. Respon to sound : normal. Respon to speech : normal. Lip reading : none. Response to radio or stories : normal. Gesture : usually well developed. Onset of speech : severe delay. Language : no speech, or slow progress in use of speech with inadequate use of words and sentences. Articulation : normal, or dyslalia for a period , unless there is an associated defect of articulation.

(Sumber : Muriel E. Morley, The Development and Disorder Of Speech in Childhood, Baltimore USA B: Williams and W., 1972 : 201)

Yang dapat diartikan sebagai berikut :

Afasia Ekspresif : Perkembangan secara umum : normal. Perilaku : normal, minat sangat baik terhadap lingkungan social dan mau bermain, pemalu, penyendiri, bila sadar akan ketidakmampuannya dan frustasi. Respon terhadap bunyi : normal. Respon terhadap bicara : normal. Membaca ujaran : tidak menggunakan. Respon terhadap radio atau cerita : normal. Gestur : biasanya berkembang dengan baik. Permulaan / perkembangan bahasa bicara : terlambat. Penggunaan bahasa : tidak berbicara, atau kemajuannya lambat dalam penggunaan bicara dengan ketidakmampuan menggunakan kata / kalimat. Artikulasi : normal atau dislalia untuk periode, kecuali kalau diasosiasikan ada kesalahan artikulasi.

Rabu, 20 Januari 2010

Dislogia

KARAKTERISTIK BICARA DISLOGIA


A. DISLOGIA

Dislogia diartikan sebagai satu bentuk kelainan bicara yang disebabkan oleh kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan di bawah normal. Terdapatnya kesalahan pengucapan yang terjadi disebabkan karena tidak mampu mengamati perbedaan bunyi – bunyi benda terutama bunyi – bunyi yang hampir sama. Misalnya tadi dengan tapi, kopi dengan topi. Rendahnya kemampuan mengingat menyebabkan penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu mengucapkan kalimat, misalnya /makan/ diucapkan /kan/, /pergi/ diucapkan /gi/, /ibu pergi ke pasar/ diucapkan bu..gi..cal/.

(Peduliinklusi : September 2008)7

B. MENTAL RETARDASI

Karakteristik retardasi mental dikutip oleh Curtis E. Weiss, yaitu :

“Symptom of mental retardasi :

· Indistinct articulation

· Omission, Substitutions, and Distortion of phonemes

· Faulty juncture

· Delated language development

· Voicing errors

· Impaired intelligibility

· Tongue Thrust ; drooling; or incorrect tongue carriage

· Inferior voice quality and inflection

· Slowed speaking rate

· Higher prevalence of dysfluency and hearing problems

· Longer stimulus – response latency periode

· Poor retentions andcarry – over abilities

· Poorer physical coordimation especially of the articulators

· Social adjustment problems

· Academic Problems

· Diffuse brain damage”

(Curtis E. Weiss, 1989, 249)1

Artinya : “Gejala Mental Retardasi adalah

· Berartikulasi tidak jelas

· Omisi, Substitusi, Distorsi pada fonem

· Kesalahan tempo bicara

· Keterlambatan perkembangan bahasa bicara

· Kelainan suara

· Gangguan intelegensi

· Lidah menjulur ke luar, ngiler, atau kesalahan penempatan posisi lidah

· Kualitas suara lemah dan terdapat perubahan suara

· Irama kelancaran yang terlambat

· Ketidaklancaran yang tinggi dan merata serta ada masalah pendengaran

· Adanya jeda waktu yang panjang antara respon dan stimulus

· Lemahnya daya ingat dan lemahnya kemampuan untuk pengambilan keputusan

· Lemahnya kemampuan koordinasi fisik khususnya pada alat artikulasi

· Adanya masalah penyesuaian diri

· Adanya masalah akademik

· Adanya penyebaran kerusakan otak”

C. AUTIS

1. Menurut Powers (1989), yang dikutip oleh Sri Utami S.D, yaitu dalam bidang :

Komunikasi (bicara, bahasa dan komunikasi) :

· Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada

· Senang meniru atau membeo (ekolalia)

· Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna

· Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya

· Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain

· Bicara tidak dipakai untuk alat untuk berkomunikasi

· Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya

· Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa

(Sri Utami S. D., 2003, 421)9

2. Menurut Kenneth Lyen, yaitu :

“ …………. Language is extremelly slow to develop, echolalia another persons speech (echolalia).”

(Kenneth Lyen, 1997, 107 - 109)6

Artinya : “ ………… Perkembangan bahasa terlambat, mengulang ucapan orang lain (ekolalia).”

3. Menurut Patricia McAleer Hamaguchi

· Seem ‘deaf’ at times, tuning out both sounds and people talking

· Repeat things out of context, such as a TV commercial dialogue or words to a song

· Use jargon instead of real words

· Repeat a question asked, or the last part of it, instead or answering it

· React to sounds such as blenders, lawnmowers, and so on, as though they are painful, by putting their hands over their ears, crying, or screaming

· Not follow the normal pattern of language development; may use complex sentence before being able to name common objects in a baby book

· Speak with an unusual and unnatural intonation pattern; may sound robotic or ’’sing-song’’

· Have difficulty performing or attending to tasks such as pointing to pictures named or naming pictures in a book on commond

· Have difficulty comprehending what people say

· Have difficulty understanding or using facial expressions normally

· Have difficulty initiating or maintaining any kind of normal conversation or interaction

(Patricia McAleer Hamaguchi, 1995, 177)6

Artinya :

· Sewaktu-waktu seperti ‘tuli’, bunyi dan suara yang masuk hilang atau seperti tidak didengar

· Mengulang sesuatu di luar konteks seperti dialog iklan TV atau kata-kata yang dilagukan

· Menggunakan jargon seperti pengganti kata-kata

· Mengulang pertanyaan yang diberikan atau mengulang bagian terahir dari pertanyaan sebagai ganti jawaban atas pertanyaan yang diberikan

· Bereaksi pada bunyi seperti blender, lawnmowers (mesin pemotong rumput) dan sebagainya. Terlihat seolah-olah merasa kesakitan dengan menutup telinga, menangis atau teriak

· Tidak melewati perkembangan bahasa yang normal, mungkin menggunakan kalimat kompleks sebelum mampu menamai objek di baby book

· Berbicara dengan menggunakan intonasi yang tidak wajar, mungkin menggunakan bunyi robotic atau sing-song

· Kesulitan menamai gambar yang diberikan

· Kesulitan memahami perkataan orang lain

· Mengalami kesulitan dalam memahami atau menggunakan ekspresi wajah secara normal

· Kesulitan memulai atau mempertahankan berbagai jenis interkasi atau percakapan normal

4. Menurut DR. Leo Kanner 1943, Dr. Haeriyah B, Sp.S

Karakteristik gangguan bicara pada autisme:

· Fonologi

· Gangguan agnosia auditorik verbal

· Prosodi

· Tidak ada variasi nada suara

· Sintake

· Gangguan pembentukan kata dalam kalimat

· Komprehensi

· Gangguan interpretasi bahasa

· Semantik

· Miskin ide bicara

· Prognostik

(Dr. Haeriyah B, Sp.S)2

D. DOWN SYNDROME

Mulut yang mungil, lidah tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal. Di samping itu, otot mulut mereka juga kerap lemah, sehingga menghambat kemampuan bicara. Pertumbuhan gigi geligi mereka pun lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi yang berantakan ini juga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.

(http://www.images.anakangger.multiply.multiplycontent.com/.../gg.%20mental%2Bdown%20syndrome.doc?...)5

E. FRAGILE X SYNDROME

Seorang pakar pendidikan anak, Prof dr Sultana MH. Faradz, Phd menyebutkan, kesulitan belajar, hambatan berbicara dan penerimaan bahasa ditandai dengan gaya bicara mengulang dan penyampaian yang kasar merupakan indikasi anak menderita sindrom fragile x.

(www.bkkbn.go.id/popups/printRubrik.php?ItemID=112)10

F. ASPEGER SYNDROME

Anak SA juga mempunyai gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial maupun perilaku, namun tidak separah seperti pada Autisme. Pada kebanyakan dari anak - anak ini perkembangan bicara tidak terganggu. Bicaranya tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada juga yang bicaranya agak terlambat. Namun meskipun mereka pandai bicara, mereka kurang bisa komunikasi secara timbal balik. Komunikasi biasanya jalannya searah, dimana anak banyak bicara mengenai apa yang saat itu menjadi obsesinya, tanpa bisa merasakan apakah lawan bicaranya merasa tertarik atau tidak. Seringkali mereka mempunyai cara bicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh. Ekspresi muka pun kurang hidup bila dibanding anak - anak lain seumurnya. Mereka biasanya terobsesi dengan kuat pada suatu benda / subjek tertentu, seperti mobil, pesawat terbang, atau hal - hal ilmiah lain. Mereka mengetahui dengan sangat detil mengenai hal yang menjadi obsesinya. Obsesi inipun biasanya berganti-ganti. Kebanyakan anak SA cerdas, mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak mempunyai kesulitan dalam pelajaran di sekolah.

(http://terapiperilaku.blogspot.com/2009/03/autisic-spectrum-disorder-asd.html)4

G. RETT SYNDROME

1. Gangguan berbahasa, perseptif maupun ekspresif disertai kemunduran psikomotor yang hebat.

(http://terapiperilaku.blogspot.com/2009/03/autisic-spectrum-disorder-asd.html)4

2. Hambatan berkomunikasi dan artikulasi bahasa mengakibatkan penarikan diri secara social.

(http://74.125.153.132/search?q=cache:XzCkHo4GO80J:images.anakangger.multiply.com/attachment/0/SWaYTAoKCrUAAGcMOm41/Rett%2520syndrome.doc%3Fnmid%3D164168575+karakteristik+bicara+rett+syndrom&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a)3

DAFTAR PUSTAKA

  1. Curtis E. Weiss et al. Clinical Management of Articulation and Phonologic Disorders. Second edition. Baltimore : Williams and Wilkins. 1987.
  2. Dr. Haeriyah B, Sp.S.

(http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/medhas/03_neuropsychiatric_system_AUTISME.pdf, disitasi 22 November 2009)

  1. http://74.125.153.132/search?q=cache:XzCkHo4GO80J:images.anakangger.multiply.com/attachment/0/SWaYTAoKCrUAAGcMOm41/Rett%2520syndrome.doc%3Fnmid%3D164168575+karakteristik+bicara+rett+syndrom&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a (disitasi 22 November 2009)
  2. http://terapiperilaku.blogspot.com/2009/03/autisic-spectrum-disorder-asd.html (disitasi 22 November 2009)
  3. http://www.images.anakangger.multiply.multiplycontent.com/.../gg.%20mental%2Bdown%20syndrome.doc?... (disitasi 22 November 2009)
  4. Kenneth Lyen et, all. Rainbow Dreams How To Help Your Child Development Delay. Singapore : The Rainbow Center. 1997.
  5. Patricia McAleer Hamaguchi. Childhood Speech, Language, and Listening Problems. New York : John Wiley & Sons. 1995.
  6. Peduliinklusi : September 2008

(http://peduliinklusi.blogspot.com/2008_09_01_archive.html, disitasi 30 November 2009)

  1. Sri Utami Soedarsono Djamaluddin. Diagnosis Dini Autisme dalam Buku Penatalaksanaan Holistik Autisme. Editor : Rudi Sutardi. Jakarta : Kongres Nasional Autisme Indonesia Pertama. 2003.
  2. www.bkkbn.go.id/popups/printRubrik.php?ItemID=112 (disitasi 30 November 2009)